Rabu, 15 April 2020

Bab 2 : Kamu


“Itu hanya penantian biasa,kau saja yang melebih-lebihkannya.Oiya,Hasegawa Keita yang dulu,sudah musnah.Jadi jangan harap diriku yang dulu ada di depanmu,kuharap kau mengerti…”

            Aku memeluk gulingku merenung.Kata-kata Kei dijalan tadi masih terbayang jelas dipikiranku.Aku benci sesuatu yang menghantui pikiranku,ini seperti saat itu.Beberapa hari setelah kepergian Kei aku tak bisa berhenti memikirkannya,dan akhirnya aku gak masuk sekolah karena demam,padahal saat itu sedang ujian.
            
             Mengingat bagaimana Kei sekarang membuatku berpikir bahwa semua yang kulakukan selama 4 tahun terakhir hanyalah penantian sia-sia.Kukira masalahku di SMA akan berakhir jika Kei datang,tak kusangka ia hanya menambah beban.Seenaknya dia bilang aku beban,memangnya dia gak ngaca apa?.

            Kupeluk gulingku makin erat. “BODOH,KEI BODOH!!!” Teriakku.

            “Chiisa,makan malam!” Teriak Ibu dari dapur.

            “BODOOOOH!”Ringisku makin keras.

            “Chiisa!” Bentak Ibu.

            Bulu kudukku serasa berdiri,aku menelan ludahku dan segera turun ke dapur.Sampai di ruang makan aku hanya menaruh kepalaku diatas meja,memasang wajah memelas.

            “Kau kenapa sih?”Tanya Ibu sambil mengunyah makanannya.

            Aku melirik pada Ibu dan berpaling. “Ibu harus tau…” Ucapku lirih.

             “Tau soal apa?”

            “Humph,cari tau aja sendiri!”

            Sebuah sendok sayur mendarat mulus dikepalaku.Aku langsung memegangi kepalaku seraya mengaduh“Sakit tau,apa-apaan sih!” Kulemparkan tatapan sinisku.

            Ibu melipat tangannya.“Oiya,tadi pagi Karin kesini,dia bilang sudah kembali sejak tiga hari yang lalu,Keita juga sudah kembali,” Jelas Ibu.

            Udah tau toh.

            Ibu memainkan alisnya.”Kukira kau akan lebih kaget,bukannya kau kangen banget ya?”

            Kangen dari Hongkong.“Gajuga,” Jawabku santai.

            “Keita satu sekolah denganmu lho,dia mulai masuk hari ini,”

            Oh,pantesan baru lihat.

            “Atau jangan-jangan kalian udah ketemuan?”Ibu tersenyum jahat.

            Aku melebarkan mataku,mengangkat kepalaku dengan sigap. “Belum kok!”

            “Humph,biasa aja kali.Keita masuk kelas 1-1--”

            “HAH! KELAS 1-1? Si Keita itu?” Aku terbelatak tak percaya.Padahal dulu dia dikelas yang sama denganku, sekarang dia melebihi perkiraanku.Aku menelan ludahku.

            Ibu tertawa. “Kalau kau masuk kelas apa?”

            Aku menyinisi ibuku dan menggembungkan pipiku. “1-3…” Bisikku pelan,namun tetap terdengar oleh nenek lampir di depanku.Tawanya semakin jadi dan wajahnya benar-benar jahat.

            “Jauh sekali bedanya,”

            Berisik!

            “Aku bingung,padahal kalian kan sahabat dari kecil,tapi kok bisa bedanya sangat menonjol”

            Wajahku memerah ketika ia menyatakan tentang sahabat.Tiba-tiba aku teringat kata-kata Kei,mengingat wajahnya saja sudah membuatku kesal.Sejak awal aku sudah berniat untuk tak menceritakannya pada Ibu,entah itu akan menambah masalahku atau mengurangi.Lebih baik aku mengurung masalahku ini sendiri.Keita udah gak ada bu,rasanya aku mau mengatakan itu pada Ibu.


***
                                                                       
             Dari awal aku melangkahkan kaki ke gerbong  kereta hingga sampai di sekolah tak kusangka  yang selalu muncul di pandanganku adalah laki-laki kurang ajar yang menangisiku dijalan kemarin.Tapi ini juga karena memang aku yang  memperhatikannya,jadi aku gak bisa menyalahkannya.Dia bahkan tak menoleh sedikitpun kearahku,sikapnya benar-benar menyebalkan.

            Aku menggeser pintu kelasku.Duduk seperti biasanya di kursiku.

“Selamat pagi,Okuhara-san” Sapaku pada Okuhura.Tapi dia sama sekali tak membalas sapaanku,biasanya dia membalas dengan ramah.Mungkin ia tidak dengar,aku akan menyapanya lagi nanti.
            Bel pelajaran pertama berdering keras di seluruh penjuru sekolah.Maehara-sensei mulai masuk untuk mengajar pelajaran sejarah.Baru lima menit sejak dimulai,aku sudah menguap dan meletakkan kepalaku di meja.Tidak ada yang lebih membosankan dari pada pelajaran sejarah.Lagipula kita hidup di zaman dimana gadis-gadis bebas menggunakan rok mini,mempelajari kehidupan zaman batu tak akan membuat kami rela keluar setiap hari menggunakan kimono.

            “Sensei,Chiisaki tidur,”

            Mendengar ada yang bilang begitu aku langsung mengangkat kepalaku.Kanade sedang mengangkat tangan kanannya namun matanya melirik licik kearahku.Aku langsung melemparkan tatapan sinisku,dia membuatku ingin memukulnya dengan tongkat bisbol.

            Gadis tukang suruh itu…

            “Otonoda-san,bisa kau berdiri di depan kelas selama 5 menit?”

            Aku menundukkan kepalaku.Tanganku terkepal,gigiku menggerutu,mataku berapi-api.Namun aku menghembuskan nafasku.Aku bangkit dari dudukku dan segera keluar kelas.Di depan kelas aku hanya bisa berdiri memasang wajah kesalku.Bu Maehara Memang guru yang disiplin, dia memberikan hukuman berdiri didepan kelas bagi siapa yang tidur di pelajarannya.Aku menghela nafas panjang.

            Awas saja, si Kanade itu!

            Koridor  benar-benar terlihat sepi.Ternyata begini keadaan koridor  kalau di jam pelajaran.Ini pertama kalinya aku berdiri di depan kelas sejak masuk SMA.Aku melihat jam tanganku berkali-kali,baru tiga menit berdiri rasanya seperti berdiri selama sehari.

            Seorang menggeser pintu.“Otonoda,masuk,”  Ucap Takezawa.

            Aku menghela nafas dan bergegas masuk ke dalam kelas.Di dalam kelas semua murid sedang membentuk kelompok.

            “Buatlah kelompok untuk merangkum bab 2 dan kalau bisa tambahkan sejarah yang tak di jelaskan di buku,segeralah cari kelompokmu,” Ucap ibu Maehara

            “Baik,” Jawabku lirih.

            Aah… aku benci ini,aku pasti kesulitan mencari kelompok.

            Aku melihat ke seluruh murid di kelas dengan tatapan sinisku.Laki-laki dan perempuan membuat kelompoknya masing-masing.Kelompok perempuan sih jelas-jelas menghindar dariku,tapi kalau laki-lakinya… mereka benar –benar genit.

            “Chiisaki sini aja,” Panggil Kashiwagi.Teman-teman laki-lakinya pun ikutan memanggilku.Aku memberi tatapan sinis ke mereka.Semua laki-laki sama saja,karena mereka aku harus menerimi bully an dari anak perempuan lainnya.Aku tidak mau dengan mereka,aku ingin gabung ke kelompok perempuan.Aku teringat sesuatu.

            Aku mendekati Okuhara di kelompoknya.”Okuhara-san,boleh aku gabung denganmu?” tanyaku ramah.
            Okuhara menundukkan kepalanya .”A-aku mau saja,bahkan aku sangat ingin tapi…” Okuhara melirik kearah lain.Aku mengikuti lirikan matanya.Kanade tersenyum sinis padaku.

            “Aku takut kanade akan melakukan sesuatu yang buruk padaku maupun padamu,jadi… aku benar-benar minta maaf,” Lanjut Okuhara.”Kalau  kau memang ingin gabung katakan saja pada Kanade,menurutku percuma saja kalau kau bilang pada gadis lain di kelas,Kanade pasti juga sudah mengancam mereka,” Jelas Okuhara.

            Sial!

            Si Kanade itu... Aaargh... dia benar-benar membuatku kesal. Aku menoleh pada Kanade yang tersenyum sinis padaku, aku hanay mampu mengatupkan rahangku,dia membuatku tak punya pilihan. Anak laki-laki kembali memanggil namaku,aku menoleh pada mereka yang melambai-lambai padaku sambil tertawa.kembali menoleh pada Kanade lalu kembali lagi pada anak laki-laki.

            Tak ada pilihan lain... Aku menghela nafas.

Beberapa menit kemudian...

“Baiklah,waktu habis,ayo kumpulkan tugas kalian...” Ucap Bu Maehara.Seketika terdengar seruan gembira dari seluruh murid ,mereka tak punya bahan lagi untuk dirangkum.

“Ayo cepat,semakin cepat mengumpulkan semakin cepat aku keluar,” Lanjut Bu Maehara.

“Nah,Otonoda kau yang kumpulkan ya,” Ucap Yamamoto menyerahkan buku yang berisi rangkuman. Aku tertunduk malu.

“apa tidak masalah? Aku tidak membantu apapun di kelompok ini..."

“Itu tidak benar,Otonoda-san membantu kami mengumpulkannya!”  Tanaka menepuk bahuku,aku reflek menepis tangannya dan manjauh. Tanaka tersentak dan senyumnya menghilang.Bingung. Menyadari apa yang telah kuperbuat, aku membungkukkan badanku.

“Ma-maafkan aku, aku terkejut!” Aku kembali mengangkat badanku. “Kalau begitu aku akan mengumpulkannya, terimakasih banyak” aku segera balik badan dan meninggalkan mereka. Mengumpulkan buku pada Bu Maehara. Lalu duduk kembali di mejaku.

Pada akhirnya tadi aku memilih bergabung dengan anak laki-laki. Aku tidak mood memohon-mohon pada Kanade di tengah keramaian. Tapi setelah aku memikirkannya baik-baik aku merasa menyesal dengan pilihanku,setelah kejadian ini pasti semakin sulit bagiku mendekati anak perempuan dan Kanade semakin kesal denganku. Aku meletakkan wajahku diatas meja. Padahal aku tau anak laki-laki hanya bermain-main denganku.

Aah...aku benci ini.

              Sudah tiba jam pulang. Kebanyakan siswa pergi ke klub masing-masing, setelah KBM adalah kegiatan klub. Sebenarnya aku mengikuti klub drama, tapi aku tak memiliki keberanian untuk kembali kesana. Beberapa anak perempuan tidak mendukungku menjadi anggota disana, sudah hampir seminggu aku membolos kegiatan klub. Hanya tinggal menunggu kapan aku memutuskan untuk keluar.

            Hari ini Kanade tidak memperlakukanku seperti budak, sisi baiknya aku tidak kerepotan tapi sisi buruknya itu berarti Kanade tak memeberiku kesempatan untuk minta maaf. Ia tidak akan membantuku sedkitpun.

Aku melangkah menuju loker sepatuku. Terdiam sejenak menatap lokerku.

Aku lupa menguncinya?

Segera kuhampiri lokerku,membukanya. Kudapati lokerku yang penuh sampah dan coretan, begitu juga sepatuku yang rusak dan penuh coretan. Aku menggeleng tak percaya, ini pasti kelakuan Kanade. Beberapa siswa yang sedang mengambil sepatu mereka menatap bingung kearahku. Aku berusaha menahan malu, aku ingin marah saat ini. Aku menahan diriku dan mencari solusi sambil menggigit bibirku.

Bagaimana ini.... Aku masih panik dan kaget dengan kondisiku. aku tidak tau bagaimana aku harus pulang.

“Cup-cup-cup , kasian si chiisaki, sepatu outdoor nya rusak, terpaksa ia harus pulang dengan sepatu indoornya,” Ledek seseorang di belakang ku. Aku segera menoleh. Kanade beserta 2 temannya tersenyum sinis padaku.

Ku kerutkan alisku. “KANADE! Apa yang kau lakukan?!” Amarahku terpancing.
Semua orang disekitar loker menoleh kepadaku. Aku tak peduli, sama halnya dengan orang-orang itu yang tak peduli denganku.

“Apa? Kau menyalahkanku? Jahat sekali kau menuduh orang yang tak bersalah!” Wajah Kanade memelas.

Aku mulai mengepalkan tanganku sambil menatap tajam padanya.

“Bukan aku yang melakukannya, tapi kenaifanmu lah yang salah, anak genit!”  Ia kembali tersenyum sinis.

Aku tak bisa menahan amarahku, aku maju dan mendorong tubuh Kanade hingga terpentok dengan loker dibelakangnya. Menimbulkan suara banting. Kanade dan dua temannya tersentak kaget.

“Hei apa yang kalian lakukan?!” Salah satu murid –kelas tiga- yang melihat mencoba menyadarkan situasi.

“Lepaskan--"

“MINTA MAAF! CEPAT MINTA MAAF! KAU SELALU MELAKUKAN INI PADAKU, APA KAU TIDAK PUAS MELIHAT PENDERITAAN ORANG LAIN?! KALAU KAU MEMBENCIKU, SETIDAKNYA JANGAN AJAK ORANG LAIN UNTUK IKUT MEMBENCIKU, AKU LELAH SEPERT INI TERUS! KANADE!”

“Lepaskan!”

 Kanade berusaha lepas dari kekanganku.

“TIDAK SAMPAI KAU MINTA MAAF DENGAN BENAR”

“Hentikan mereka!” Seru kakak kelas yang melihat kami.

Dua teman Kanade menarik kedua tanganku dan menahanku, kini akulah yang terpojok. Aku tak bisa mengelak, aku memberontak. Kami telah menjadi pusat keramaian, semua mata tertuju pada kami. Kanade dengan keadaanya yang bebas ia mengelus tangannya yang terkepal. Ia mengerutkan alisnya.

“Ini balasanku,” Kanade mengankat kepalan tangannya dan mendorongnya kearahku. Kakak kelas yang melihat tak sempat menahan karena jarak yang terlalu jauh. Aku langsung memejamkan mata bersiap menerimanya.

Tak terjadi apapun. Tangan yang menahanku pun terasa renggang. Perlahan ku buku mataku.
Tangan Kanade tertahan, kemuadian dilepaskan. Aku terdiam tak percaya. Keita berdiri didepanku.

“A-apa yang kau lakukan?’ Kanade tak terima.

“Pulanglah,” Keita berbalik menghadapku. “Lepaskan!” Dua teman Kanade melepaskan tanganku.

“K-kau... Hasegawa  Keita, anak baru dikelas 1-1,” Ucap salah satu teman Kanade.

Tiba-tiba ramai terdengar suara gadis-gadis yang penasaran.

“Hasegawa-kun!, Hasegawa-kyun! Hasegawa pangeranku....” begitulah para gadis memanggilnya sambil berteriak.

Aku menatap Keita bingung.

“Dengar!” Ucap Kei lantang. Keributan hening seketika. “Jangan kalian ganggu, bully, sakiti, atau lakukan hal-hal buruk lainnya pada gadis payah ini. Barang siapa melakukan nya, dia akan berurusan denganku.” Jelasnya. “Mengerti?”

Aku membulatkan mataku,  jantungku sedikit berdebar. Apa ini? Apa dia mengakuiku sebagai pacarnya?didepan gadis-gadis yang mengejarnya?  Ini mendebarkan. Wajahku memerah.

“Dia sepupuku”  Lanjutnya.

Hah!?

Kei meraih tanganku,tangan lainnya menenteng sepatu ku yang rusak.  Aku tidak tau harus berekpresi seperti apa.

“Gunakan sepatu indoor mu untuk sementara,” Bisiknya padaku.

Kemudian ia menarikku keluar gedung sekolah. Terus menggandengku hingga tak ada yang memperhatikan.

Akhirnya dia melepaskan tanganku. Sepanjang jalan,aku hanya bisa menundukkan wajahku, aku terlalu malu menoleh atau bahkan bicara pada Kei. Dia masih menenteng sepatuku yang rusak.
“Kei...” Kuberanikan diri bicara. “Terimakasih” bisikku.

Dia mengabaikanku. Kuangkat kepalaku sedikit, mengintip wajahnya dari samping, ia benar-benar dingin. Wajahnya tenang dibalut pancaran sinar matahri. Namun... perlahan seutas senyuman terbentuk diwajahku.

“Terimakasih”  Ucapku lebih lantang.

Dia masih mengabaikanku. Tapi justru senyumku semakin lebar.

Dasar sok cuek.

“Hei! Kubilang terimakasih” Aku berdiri sedikit lebih dekat dengannya, tertawa kecil.

Kei terdiam. “Berisik”


Lanjut Ke Bab 3                                                                                                         Bab 1                                                                                                       

Kamis, 31 Mei 2018

Novel Romantis

Hasil gambar untuk gambar anime ldr


PHONE
Sejauh apapun dirimu,sebuah penghubung pasti ada

Bab 1 : TERSAMBUNG

          “Bibi,rotinya bi,iya yang itu” Aku berteriak di tengah ramainya kantin. “yang itu juga!”

Setelah mendapatkan beberapa makanan yang ku inginkan,aku langsung pergi menuju kelas.Orang-orang menatapku aneh.Yah… aku tak peduli dengan tatapan mereka yang bingung melihatku membawa roti yang begitu banyak tanpa pelastik,lagipula aku sering melakukan ini.

Namaku Otonoda Chiisaki,murid kelas 1 di SMA Satou Gakuen.Gadis pecinta roti kantin ini memiliki kepribadian yang  kurang elit,bersikap kikuk,ceroboh,dan… -sedikit- bodoh.Dibandingkan sma,aku lebih memilih untuk kembali ke masa-masa SD ku. Ada banyak hal yang ingin ku ambil balik,serasa selama ini aku hanya buang-buang waktuku.

4 tahun lalu adalah kejadian yang tak bisa kulupakan.Seorang yang selalu tertawa bersamaku,dan menggenggam tanganku,kini jauh entah dimana. Semakin waktu berlalu,semakin aku bertanya-tanya,terus bergumam apakah ini yang terbaik. Tak ada yang bisa menggantikannya.Orang misterius yang menciptakan teka-teki dalam hidupku,yang pergi dan menghilang begitu saja. Tak peduli sudah berapa kali jarum melewati angka 12 membuatku ingin lari dari kenyataan bahwa mustahil bisa bertemu dengannya lagi. Janji itu tak kunjung ditepati.

@FLASHBACK ON
            Nafasku tersenggal,namun aku tetap berlari. Aku dengan cepat berlari ke rumahnya setelah pesan darinya sampai padaku. Aku berlari menghampiri anak laki-laki yang berdiri menatapku,aku berhenti didepannya sambil mengatur nafasku.Sebuah mobil truk besar ada didepan rumahnya,aku menatapnya cemas. Ia tersenyum pahit dan memalingkan wajahnya.

            “Kei,kau serius ingin pergi?”.

            Laki-laki bernama Hasegawa Keita itu mengangguk pelan.”Begitulah!”

            “Kenapa kau baru bilang padaku sekarang?” Aku menggenggam erat ponselku,tangan lainnya meremas ujung rokku. Aku sangat kesal saat itu.

            Ia tersenyum pahit.“Ayahku menyuruh kami segera pindah,Ia bilang karena urusan pekerjaan,ia sudah menyiapkan rumah baru untuk kami,sebenarnya aku sudah tau ini sejak seminggu yang lalu,aku tak ingin memberitaukan ini padamu,aku takut melihat wajahmu.Tapi… setelah aku memikirkan perasaanmu, akhirnya aku putuskan untuk bertemu denganmu sebelum aku pergi” Kei menunjukkan wajahnya. 

            Aku menggigit bibirku.”Kau akan kembali kan,iya kan?!” Bentakku cemas.

            Ia menatapku dan mengagguk.”Pasti!”

            Matakupun mulai berkaca-kaca,jantungku berdegup kecang,aku takut, entah mengapa aku merasa takut. Dia sudah janji, bagaimana kalau dia tidak menepatinya? bagaimana kalau dia lupa? apa bisa aku sekolah tanpa dia? dia akan kembali kan?. Aku memejamkan mataku rapat-rapat, mengusir pikiran burukku.

            “Chiisa!”

            Aku membuka mataku.

            Kei tersenyum padaku, kali ini senyuman yang percaya diri.”Jangan cemas,aku pasti kembali kok,dan juga aku punya sesuatu untukmu”.

            Ia memintaku meminjamkan ponsel ku, dia mengetik sesuatu disana.

            “Aku sudah punya handphone sendiri sekarang, jaga baik-baik nomor ini, jika suatu hari aku kembali, akan ku panggil nomormu, aku JANJI” Ia tersenyum lebar.

            Aku menatap layar ponselku,kontak baru bernama SAHABAT  tertera disana.

            “Kau sahabat terbaikku,Chiisa!”

           Aku mulai berlinang air mata, Aku berusaha keras menahannya tapi tidak bisa. Pipiku benar-benar basa oleh air mata sekarang.
            “Ayolah jangan menangis dasar cengeng,sudah ya,sepertinya ibu dan kakakku sudah menungguku di mobil,jangan menangis,aku pasti kembali,percayalah!” Ia tersenyum dan berbalik badan,ia berlari menuju mobilnya.Walau tidak jelas tapi sekilas aku bisa lihat air mata yang jatuh di pipinya. Padahal kau sendiri menangis....

            Aku mencoba mengejarnya, tapi langkahku seakan tertahan, waktu seolah berhenti untukku, langkahnya seakan sudah begitu jauh, mepmperbesar jarak diantara kami, aku tak mampu mengejarnya. Dari dalam mobil,Kei tersenyum lebar padaku dan melambai,tapi aku… hanya berdiri dan menatapnya sedangkan tangisku mulai deras dan berisak. ”Jangan lupakan aku ya!” Teriaknya. Ia lalu mengusap sesuatu dimatanya, "Aku pasti kembali!" Mobilnya mulai melaju.

            Aku mengangguk beberapa kali.”KEI,KAU HARUS TEPATI JANJIMU! HARUS!!” Teriakku keras.

            Kei pun mulai  menjauh. Sekarang aku mulai sadar,perasaanku yang tak mau ia pergi… itu semua karena… kau sahabatku yang berharga Kei.

@FLASHBACK OFF
            Sampai sekarang,aku masih menunggunya membayar janjinya, aku terus menanti sampai Kei memanggil nomorku. Kadang kucoba menelponnya berkali-kali tapi tak ada yang mengangkat, kupikir dia mungkin sudah ganti nomor dan melupakanku. Kontak itu sudah seperti sampah di Hanphoneku. Aku tau hal itu tapi aku tetap mengharapkan kedatangannya.Yah,mau bagaimana lagi,aku pasti akan senang kalau dia datang,tapi kalau tidak sekalipun itu tak apa,lagipula sekalinya tak ada dirinya semua pasti akan berjalan seperti biasanya, selama 4 tahun aku sudah terbiasa 
menjalani hari sekolahku tanpanya. Bahkan aku terbiasa dengan rasa sakit yang kualami di sekolah.

             Aku berjalan ke kelas sambil membawa tumpukkan roti dan satu roti dimulutku.Tiba-tiba Hanphoneku berbunyi.Aku tersentak dan menghentikan langkahku, merogoh saku rokku untuk mengambil hanphoneku. Orang-orang di lorong makin menatapku bingung.

            Salah satu teman sekelasku mendekatiku. “Chiisaki,kau butuh bantuan?”.

            “Twidak pwerlu,akwu bwisa menemwukannya” Aku terus mencari dan “Ketemu!!” Teriakku dan mengeluarkan handphoneku.

            “e-eh-eeeeh….”

            GUBRAK!

            Aku jatuh bersama roti-roti yang kubeli.Kuusap bokongku yang sakit dan kulihat layar HP-ku. Aku menaikkan sebelah alisku. Kanade? cih.. kali ini dia  menyuruhku untuk apa?.

            “Kenapa menelponku?”

            “Belikan aku soda kaleng! Cepat ya,aku haus,”

            “Tunggu--” Kumanyunkan bibirku.Dia menutup telponnya. “Dasar tukang suruh!” Aku berteriak di lorong dalam keadaan masih terduduk bersama roti-rotiku yang berhamburan.Kalau tau ini telpon dari si Kanade aku ga akan mempermalukan diriku di lorong.

            Segera aku berdiri dan pergi menuju mesin minuman. Sejenak aku melihat pilihan minuman. Ah yang mana sajalah,yang penting bersoda. Kutekan salah satu tombol dan membiarkannya jatuh. Roti di tangannku membuatku kesulitan mengambil minumannya dari dalam mesin.Kucoba meminta tolong orang yang lewat namun tak ada yang mempedulikanku. Akhirnya kucoba mengambilnya sendiri.
            GAWAT!
            Sebuah tangan datang dan mengambilkan kaleng itu untukku.Langsung kualihkan pandangannku kepada pemilik tangan itu.

            “Lain kali bawa rotimu dengan plastik” Aku menerima kaleng ditangannya dan dia pergi begitu saja. Aku memandangi punggunya dan tersadar akan sesuatu Suaranya berat banget!.

            Aku melemparkan minuman kaleng itu tepat diatas meja. “Tuh,pesenanmu”

            Dia mengangkat alisnya. “Heh,kau mulai berlagak sekarang!”

            “Kau terus-terusan memperlakukanku sebagai budak,aku gak mau!” Emosiku meluap.

            Kanede dan teman-temannya tersenyum sinis padaku. “Kau lupa siapa yang menolongmu jika kau tidak punya teman untuk tugas kelompok? Kau lupa kenapa sekarang kau bisa belajar dengan tenang di kelas? Kau lupa,atau pura-pura lupa?”.

            Aku menutup rapat mulutku dan melemparkan tatapan sinis.Dia memainkan alisnya padaku. Ku palingkan mata dan berbalik badan meninggalkannya.

            “Pergilah dan lihat takkan ada orang yang membelamu” Terdengar tawa yang meledak dari mulut Kanade dan kawan-kawannya.

            Aku berjalan keluar kelas. Jengkel. Mereka benar-benar membuatku muak,mereka selalu menyuruhku ini itu.Tapi… kuhentikan langkahku.

            Kyaa bagaimana ini, sekarang aku pasti akan kesulitan kalau harus kerja kelompok,Kanade pasti menyuruh murid lain untuk menjauhiku,AKU HARUS APA!!.Kusandarkan diriku menghadap keluar jendela. Sehelai bunga sakura jatuh diatas rambutku,musim semi masih mau menyisakan bunganya untukku,kadang aku bingung siapa yang harus kutuntut atas kehidupanku yang seperti ini.Terbayang senyum Kei di kepalaku.Entah kenapa rasanya aku mau menangis,Aku… ga bisa menyalahkanmu.

            17 April,tidak adakah kesempatan bagiku untuk bahagia di hari ulang tahunku? Kuharap sekolah cepat di pulangkan, kuharap besok musim semi selanjutnya, kuharap aku punya teman,kuharap Keita datang.Aku menghembuskan nafasku,kalau aku disini lebih lama lagi,bisa-bisa masuk angin,lebih baik aku kembali ke kelas.

             Jam kedua dimulai.

                Tik tok tik tok tik tok… suara detak jam kelas membuatku terbawa suasana hingga menirukan suaranya.Sejarah membuatku bosan.

            “Ih,bisakah kau diam dan dengarkan pelajarannya?!” Kagutsuki yang duduk didepanku melotot kearahku. Aku tutup mulut tanpa menghiraukannya. Dia itu tak pernah menengok ke belakang selain untuk memarahiku, yah aku ga keberatan berhubung dia cowok tertampan dikelas.Terus terang, Kanade memperlakukanku seperti itu karena iri dengan wajah imutku,tapi kupikir aku biasa aja, mereka saja yang melebih-lebihkannya.
                                                                       
            Setelah kunanti-nanti akhirnya bel pulang pun menggema di seluruh penjuru sekolah.Sebuah sapu tiba-tiba ditodongkan padaku.

            “Hari ini aku piket!” Ucap Yui,salah satu sekongkolan Kanade.

            Aku tak menghiraukannya dan tetap merapihkan bukuku ke dalam tas.

            “Ayolah,aku ada janji akan karaokean dengan temanku sore ini,” Ucapnya lirih.

            Meski ia memelas sekalipun,itu takkan membuatku mau menggantikannya piket,kecuali kalau dia berlutut meskipun itu mustahil sih. Hari ini kan bukan jadwalku,dan juga kenapa teman-teman Kanade malah ikut-ikutan memperlakukanku seperti budak. 

            “Cih,songong banget sih,ga dijawab pula” Dumelnya semakin jadi.

            Aku menenteng tasku dan berjalan keluar kelas.Bodo amat,memangnya hidupku tergantung sama dia  apa.Ku kenakan earphoneku sembari jalan menuju stasiun.Mataku tertuju pada laki-laki yang tadi menolongku di mesin minuman.

            Satu gerbong  ya.

            Aku memasuki gerbong yang biasanya ku naiki.Sudah beberapa stasiun terlewati namun laki-laki itu belum turun juga.Hingga tiba stasiun pemberhentianku.

            Dih,turun disini juga.

            Penasaran namun biarkan,siapa peduli kalau dia satu pemberhentian.Namun… Ternyata dia melewati jalan pulang yang sama denganku.Aku terus berjalan dibelakangnya sambil memerhatikan gerak gerik mencurigakannya. Terus seperti ini hingga hanya kami berdua di jalan.

            Padahal sudah masuk komplek rumahku!

            Dia berhenti melangkah dan menengok kebelakang. Aku bergidik kaget.

            “Sumpah,aku ga ngikutin, rumahku memang lewat sini!” Segera ku jelaskan tanpa pikir panjang.Tunggu,lagi pula kenapa juga aku jelaskan,aku kan gak tau dia mikir apa.

            Orang itu masih melihat kearahku, kupandang wajahnya. Mataku melebar. Jangan-jangan… Ia kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya.

            Suaranya sangat berat, jadi itu ga mungkin Keita.Tapi… apa yang kupikirkan?.Kukeluarkan Handphone ku, mencari kontak dengan nama SAHABAT.Sudah pernah berkali-kali kucoba namun tak ada yang mengangkat,jadi ga mungkin dia kembali.Tapi dia sudah janji!.Laki-laki didepanku masih terus melangkah menjauh,seolah tak mempedulikanku,jadi mana mungkin kalau itu Kei.

            Jempolku menekan tombol panggil.Kupejamkan mataku bersamaan dengan kuletakkan Handphone di samping telingaku.

            Kalau itu Kei pasti ia akan mengangkatnya,jadi…

            Belum terdengar apapun dari sebrang sana,belum ada yang mengangkat.Aku semakin berharap dan terus berharap.Harapan yang selama ini mengikis secara tiba-tiba aku kembali percaya akan harapan itu.

            Kumohon,angkatlah!

            “Ooouh,ternyata kau ingat ya,”

            Aku membuka mataku.Laki-laki itu berdiri melihatku beberapa meter didepanku.Ia tersenyum dengan Handphone disamping telinganya.Aku menahan nafasku,jantungku tak henti berdebar.Aku tutup mulutku dengan tangan tak percaya,lagi-lagi aku menangis didepannya.

            “Lama tak jumpa,Chiisa,” Ia tersenyum dan melambai lembut kearahku.
            “Bodoh!,” Teriakku.”Setelah semua yang terjadi bagaimana bisa aku melupakannya,tentu saja aku ingat,berkali-kali kucoba menelpone mu tapi tak ada jawaban seolah-olah kau membohongiku dengan nomor palsu,aku menunggumu selama ini,selalu menunggumu,bahkan sampai harapanku hilang aku terus menunggumu…” Kubiarkan air mataku mengalir lalu tersenyum “Aku merindukanmu,Hasegawa Keita”

            Kei mengambil langkah mendekatiku hingga ia berada satu langkah di depanku.Aku menghapus air mataku dan menatapnya.Ia masih tersenyum padaku.

            “Kau banyak berubah ya,begitu juga denganku,” Ucapnya.

            Tentu saja,kau benar-benar berubah.Suaramu,tinggimu,rambutmu,punggungmu,banyak yang berubah sampai-sampai aku tak mengenalimu.

            “Aku,sudah menepati janjiku kan? Jadi bisa kita hentikan semua ini?” Senyuman diwajahnya tiba-tiba hilang.Dia justru menatap ku tajam sekarang.Terlebih lagi pertanyaannya membuatku bingung,hentikan semua ini? Hentikan apa?

            “M-maksudmu?”

            “Ayo selesaikan persahabatan kita,lupakan semua yang pernah terjadi dulu maupun sekarang,itu hanya menambah bebanku”  Dengan santainya ia mengatakan itu didepan orang yang selama ini mengharapkan kedatangannya.

            Aku melebarkan mataku,mulutuku setengah terbuka.

            “HAH!” Kukepalkan tanganku keras,Aku tersenyum histeris “Lupakan? Kaupikir itu bisa jadi semudah kau mengucapkannya,hah? Kau gatau yang kualami selama 4 tahun terakhir,aku melalui banyak masa sulit tanpamu,kau tak kunjung datang,selama 4 tahun…” Aku memejamkan mataku dan berteriak “Inikah yang kudapatkan setelah menunggu orang kurang ajar didepanku selama 4 tahun lamanya,kau bilang ini menambah beban,seburuk itukah penantianku hingga kau menganggapnya BEBAN,HAH! ini bukan dirimu! Ini bukan Kei yang kuharapkan!”

            “Itu hanya penantian biasa,kau saja yang melebih-lebihkannya.Oiya,Hasegawa Keita yang dulu,sudah musnah.Jadi jangan harap diriku yang dulu ada di depanmu,kuharap kau mengerti…”

            Kata-katanya makin membuatku kesal. “Kalau seperti ini jadinya,SELAMA INI KAU MENGANGGAPKU APA?”

            “Mantan sahabat”

            Aku menelan ludah tak percaya.

            “Sudah ya,malu kalau ada orang yang lewat,nanti aku dituduh menangisimu,” Ia berbalik badan lalu pergi begitu saja.

            Aku tak mau melihatnya,aku membencinya,aku gak akan pernah merindukan orang seperti itu.

            Hiks…bagaimana bisa aku mengerti?

            Untuk pertama kalinya dalam hidupku,aku merasa dipermainkan oleh laki-laki yang bahkan tak peduli seperti apa aku,bagaimana perasaanku.Kini aku justru lebih merasa kehilangan.Sekarang aku sendirian. Keita,bodoh!.