Kamis, 31 Mei 2018

Novel Romantis

Hasil gambar untuk gambar anime ldr


PHONE
Sejauh apapun dirimu,sebuah penghubung pasti ada

Bab 1 : TERSAMBUNG

          “Bibi,rotinya bi,iya yang itu” Aku berteriak di tengah ramainya kantin. “yang itu juga!”

Setelah mendapatkan beberapa makanan yang ku inginkan,aku langsung pergi menuju kelas.Orang-orang menatapku aneh.Yah… aku tak peduli dengan tatapan mereka yang bingung melihatku membawa roti yang begitu banyak tanpa pelastik,lagipula aku sering melakukan ini.

Namaku Otonoda Chiisaki,murid kelas 1 di SMA Satou Gakuen.Gadis pecinta roti kantin ini memiliki kepribadian yang  kurang elit,bersikap kikuk,ceroboh,dan… -sedikit- bodoh.Dibandingkan sma,aku lebih memilih untuk kembali ke masa-masa SD ku. Ada banyak hal yang ingin ku ambil balik,serasa selama ini aku hanya buang-buang waktuku.

4 tahun lalu adalah kejadian yang tak bisa kulupakan.Seorang yang selalu tertawa bersamaku,dan menggenggam tanganku,kini jauh entah dimana. Semakin waktu berlalu,semakin aku bertanya-tanya,terus bergumam apakah ini yang terbaik. Tak ada yang bisa menggantikannya.Orang misterius yang menciptakan teka-teki dalam hidupku,yang pergi dan menghilang begitu saja. Tak peduli sudah berapa kali jarum melewati angka 12 membuatku ingin lari dari kenyataan bahwa mustahil bisa bertemu dengannya lagi. Janji itu tak kunjung ditepati.

@FLASHBACK ON
            Nafasku tersenggal,namun aku tetap berlari. Aku dengan cepat berlari ke rumahnya setelah pesan darinya sampai padaku. Aku berlari menghampiri anak laki-laki yang berdiri menatapku,aku berhenti didepannya sambil mengatur nafasku.Sebuah mobil truk besar ada didepan rumahnya,aku menatapnya cemas. Ia tersenyum pahit dan memalingkan wajahnya.

            “Kei,kau serius ingin pergi?”.

            Laki-laki bernama Hasegawa Keita itu mengangguk pelan.”Begitulah!”

            “Kenapa kau baru bilang padaku sekarang?” Aku menggenggam erat ponselku,tangan lainnya meremas ujung rokku. Aku sangat kesal saat itu.

            Ia tersenyum pahit.“Ayahku menyuruh kami segera pindah,Ia bilang karena urusan pekerjaan,ia sudah menyiapkan rumah baru untuk kami,sebenarnya aku sudah tau ini sejak seminggu yang lalu,aku tak ingin memberitaukan ini padamu,aku takut melihat wajahmu.Tapi… setelah aku memikirkan perasaanmu, akhirnya aku putuskan untuk bertemu denganmu sebelum aku pergi” Kei menunjukkan wajahnya. 

            Aku menggigit bibirku.”Kau akan kembali kan,iya kan?!” Bentakku cemas.

            Ia menatapku dan mengagguk.”Pasti!”

            Matakupun mulai berkaca-kaca,jantungku berdegup kecang,aku takut, entah mengapa aku merasa takut. Dia sudah janji, bagaimana kalau dia tidak menepatinya? bagaimana kalau dia lupa? apa bisa aku sekolah tanpa dia? dia akan kembali kan?. Aku memejamkan mataku rapat-rapat, mengusir pikiran burukku.

            “Chiisa!”

            Aku membuka mataku.

            Kei tersenyum padaku, kali ini senyuman yang percaya diri.”Jangan cemas,aku pasti kembali kok,dan juga aku punya sesuatu untukmu”.

            Ia memintaku meminjamkan ponsel ku, dia mengetik sesuatu disana.

            “Aku sudah punya handphone sendiri sekarang, jaga baik-baik nomor ini, jika suatu hari aku kembali, akan ku panggil nomormu, aku JANJI” Ia tersenyum lebar.

            Aku menatap layar ponselku,kontak baru bernama SAHABAT  tertera disana.

            “Kau sahabat terbaikku,Chiisa!”

           Aku mulai berlinang air mata, Aku berusaha keras menahannya tapi tidak bisa. Pipiku benar-benar basa oleh air mata sekarang.
            “Ayolah jangan menangis dasar cengeng,sudah ya,sepertinya ibu dan kakakku sudah menungguku di mobil,jangan menangis,aku pasti kembali,percayalah!” Ia tersenyum dan berbalik badan,ia berlari menuju mobilnya.Walau tidak jelas tapi sekilas aku bisa lihat air mata yang jatuh di pipinya. Padahal kau sendiri menangis....

            Aku mencoba mengejarnya, tapi langkahku seakan tertahan, waktu seolah berhenti untukku, langkahnya seakan sudah begitu jauh, mepmperbesar jarak diantara kami, aku tak mampu mengejarnya. Dari dalam mobil,Kei tersenyum lebar padaku dan melambai,tapi aku… hanya berdiri dan menatapnya sedangkan tangisku mulai deras dan berisak. ”Jangan lupakan aku ya!” Teriaknya. Ia lalu mengusap sesuatu dimatanya, "Aku pasti kembali!" Mobilnya mulai melaju.

            Aku mengangguk beberapa kali.”KEI,KAU HARUS TEPATI JANJIMU! HARUS!!” Teriakku keras.

            Kei pun mulai  menjauh. Sekarang aku mulai sadar,perasaanku yang tak mau ia pergi… itu semua karena… kau sahabatku yang berharga Kei.

@FLASHBACK OFF
            Sampai sekarang,aku masih menunggunya membayar janjinya, aku terus menanti sampai Kei memanggil nomorku. Kadang kucoba menelponnya berkali-kali tapi tak ada yang mengangkat, kupikir dia mungkin sudah ganti nomor dan melupakanku. Kontak itu sudah seperti sampah di Hanphoneku. Aku tau hal itu tapi aku tetap mengharapkan kedatangannya.Yah,mau bagaimana lagi,aku pasti akan senang kalau dia datang,tapi kalau tidak sekalipun itu tak apa,lagipula sekalinya tak ada dirinya semua pasti akan berjalan seperti biasanya, selama 4 tahun aku sudah terbiasa 
menjalani hari sekolahku tanpanya. Bahkan aku terbiasa dengan rasa sakit yang kualami di sekolah.

             Aku berjalan ke kelas sambil membawa tumpukkan roti dan satu roti dimulutku.Tiba-tiba Hanphoneku berbunyi.Aku tersentak dan menghentikan langkahku, merogoh saku rokku untuk mengambil hanphoneku. Orang-orang di lorong makin menatapku bingung.

            Salah satu teman sekelasku mendekatiku. “Chiisaki,kau butuh bantuan?”.

            “Twidak pwerlu,akwu bwisa menemwukannya” Aku terus mencari dan “Ketemu!!” Teriakku dan mengeluarkan handphoneku.

            “e-eh-eeeeh….”

            GUBRAK!

            Aku jatuh bersama roti-roti yang kubeli.Kuusap bokongku yang sakit dan kulihat layar HP-ku. Aku menaikkan sebelah alisku. Kanade? cih.. kali ini dia  menyuruhku untuk apa?.

            “Kenapa menelponku?”

            “Belikan aku soda kaleng! Cepat ya,aku haus,”

            “Tunggu--” Kumanyunkan bibirku.Dia menutup telponnya. “Dasar tukang suruh!” Aku berteriak di lorong dalam keadaan masih terduduk bersama roti-rotiku yang berhamburan.Kalau tau ini telpon dari si Kanade aku ga akan mempermalukan diriku di lorong.

            Segera aku berdiri dan pergi menuju mesin minuman. Sejenak aku melihat pilihan minuman. Ah yang mana sajalah,yang penting bersoda. Kutekan salah satu tombol dan membiarkannya jatuh. Roti di tangannku membuatku kesulitan mengambil minumannya dari dalam mesin.Kucoba meminta tolong orang yang lewat namun tak ada yang mempedulikanku. Akhirnya kucoba mengambilnya sendiri.
            GAWAT!
            Sebuah tangan datang dan mengambilkan kaleng itu untukku.Langsung kualihkan pandangannku kepada pemilik tangan itu.

            “Lain kali bawa rotimu dengan plastik” Aku menerima kaleng ditangannya dan dia pergi begitu saja. Aku memandangi punggunya dan tersadar akan sesuatu Suaranya berat banget!.

            Aku melemparkan minuman kaleng itu tepat diatas meja. “Tuh,pesenanmu”

            Dia mengangkat alisnya. “Heh,kau mulai berlagak sekarang!”

            “Kau terus-terusan memperlakukanku sebagai budak,aku gak mau!” Emosiku meluap.

            Kanede dan teman-temannya tersenyum sinis padaku. “Kau lupa siapa yang menolongmu jika kau tidak punya teman untuk tugas kelompok? Kau lupa kenapa sekarang kau bisa belajar dengan tenang di kelas? Kau lupa,atau pura-pura lupa?”.

            Aku menutup rapat mulutku dan melemparkan tatapan sinis.Dia memainkan alisnya padaku. Ku palingkan mata dan berbalik badan meninggalkannya.

            “Pergilah dan lihat takkan ada orang yang membelamu” Terdengar tawa yang meledak dari mulut Kanade dan kawan-kawannya.

            Aku berjalan keluar kelas. Jengkel. Mereka benar-benar membuatku muak,mereka selalu menyuruhku ini itu.Tapi… kuhentikan langkahku.

            Kyaa bagaimana ini, sekarang aku pasti akan kesulitan kalau harus kerja kelompok,Kanade pasti menyuruh murid lain untuk menjauhiku,AKU HARUS APA!!.Kusandarkan diriku menghadap keluar jendela. Sehelai bunga sakura jatuh diatas rambutku,musim semi masih mau menyisakan bunganya untukku,kadang aku bingung siapa yang harus kutuntut atas kehidupanku yang seperti ini.Terbayang senyum Kei di kepalaku.Entah kenapa rasanya aku mau menangis,Aku… ga bisa menyalahkanmu.

            17 April,tidak adakah kesempatan bagiku untuk bahagia di hari ulang tahunku? Kuharap sekolah cepat di pulangkan, kuharap besok musim semi selanjutnya, kuharap aku punya teman,kuharap Keita datang.Aku menghembuskan nafasku,kalau aku disini lebih lama lagi,bisa-bisa masuk angin,lebih baik aku kembali ke kelas.

             Jam kedua dimulai.

                Tik tok tik tok tik tok… suara detak jam kelas membuatku terbawa suasana hingga menirukan suaranya.Sejarah membuatku bosan.

            “Ih,bisakah kau diam dan dengarkan pelajarannya?!” Kagutsuki yang duduk didepanku melotot kearahku. Aku tutup mulut tanpa menghiraukannya. Dia itu tak pernah menengok ke belakang selain untuk memarahiku, yah aku ga keberatan berhubung dia cowok tertampan dikelas.Terus terang, Kanade memperlakukanku seperti itu karena iri dengan wajah imutku,tapi kupikir aku biasa aja, mereka saja yang melebih-lebihkannya.
                                                                       
            Setelah kunanti-nanti akhirnya bel pulang pun menggema di seluruh penjuru sekolah.Sebuah sapu tiba-tiba ditodongkan padaku.

            “Hari ini aku piket!” Ucap Yui,salah satu sekongkolan Kanade.

            Aku tak menghiraukannya dan tetap merapihkan bukuku ke dalam tas.

            “Ayolah,aku ada janji akan karaokean dengan temanku sore ini,” Ucapnya lirih.

            Meski ia memelas sekalipun,itu takkan membuatku mau menggantikannya piket,kecuali kalau dia berlutut meskipun itu mustahil sih. Hari ini kan bukan jadwalku,dan juga kenapa teman-teman Kanade malah ikut-ikutan memperlakukanku seperti budak. 

            “Cih,songong banget sih,ga dijawab pula” Dumelnya semakin jadi.

            Aku menenteng tasku dan berjalan keluar kelas.Bodo amat,memangnya hidupku tergantung sama dia  apa.Ku kenakan earphoneku sembari jalan menuju stasiun.Mataku tertuju pada laki-laki yang tadi menolongku di mesin minuman.

            Satu gerbong  ya.

            Aku memasuki gerbong yang biasanya ku naiki.Sudah beberapa stasiun terlewati namun laki-laki itu belum turun juga.Hingga tiba stasiun pemberhentianku.

            Dih,turun disini juga.

            Penasaran namun biarkan,siapa peduli kalau dia satu pemberhentian.Namun… Ternyata dia melewati jalan pulang yang sama denganku.Aku terus berjalan dibelakangnya sambil memerhatikan gerak gerik mencurigakannya. Terus seperti ini hingga hanya kami berdua di jalan.

            Padahal sudah masuk komplek rumahku!

            Dia berhenti melangkah dan menengok kebelakang. Aku bergidik kaget.

            “Sumpah,aku ga ngikutin, rumahku memang lewat sini!” Segera ku jelaskan tanpa pikir panjang.Tunggu,lagi pula kenapa juga aku jelaskan,aku kan gak tau dia mikir apa.

            Orang itu masih melihat kearahku, kupandang wajahnya. Mataku melebar. Jangan-jangan… Ia kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya.

            Suaranya sangat berat, jadi itu ga mungkin Keita.Tapi… apa yang kupikirkan?.Kukeluarkan Handphone ku, mencari kontak dengan nama SAHABAT.Sudah pernah berkali-kali kucoba namun tak ada yang mengangkat,jadi ga mungkin dia kembali.Tapi dia sudah janji!.Laki-laki didepanku masih terus melangkah menjauh,seolah tak mempedulikanku,jadi mana mungkin kalau itu Kei.

            Jempolku menekan tombol panggil.Kupejamkan mataku bersamaan dengan kuletakkan Handphone di samping telingaku.

            Kalau itu Kei pasti ia akan mengangkatnya,jadi…

            Belum terdengar apapun dari sebrang sana,belum ada yang mengangkat.Aku semakin berharap dan terus berharap.Harapan yang selama ini mengikis secara tiba-tiba aku kembali percaya akan harapan itu.

            Kumohon,angkatlah!

            “Ooouh,ternyata kau ingat ya,”

            Aku membuka mataku.Laki-laki itu berdiri melihatku beberapa meter didepanku.Ia tersenyum dengan Handphone disamping telinganya.Aku menahan nafasku,jantungku tak henti berdebar.Aku tutup mulutku dengan tangan tak percaya,lagi-lagi aku menangis didepannya.

            “Lama tak jumpa,Chiisa,” Ia tersenyum dan melambai lembut kearahku.
            “Bodoh!,” Teriakku.”Setelah semua yang terjadi bagaimana bisa aku melupakannya,tentu saja aku ingat,berkali-kali kucoba menelpone mu tapi tak ada jawaban seolah-olah kau membohongiku dengan nomor palsu,aku menunggumu selama ini,selalu menunggumu,bahkan sampai harapanku hilang aku terus menunggumu…” Kubiarkan air mataku mengalir lalu tersenyum “Aku merindukanmu,Hasegawa Keita”

            Kei mengambil langkah mendekatiku hingga ia berada satu langkah di depanku.Aku menghapus air mataku dan menatapnya.Ia masih tersenyum padaku.

            “Kau banyak berubah ya,begitu juga denganku,” Ucapnya.

            Tentu saja,kau benar-benar berubah.Suaramu,tinggimu,rambutmu,punggungmu,banyak yang berubah sampai-sampai aku tak mengenalimu.

            “Aku,sudah menepati janjiku kan? Jadi bisa kita hentikan semua ini?” Senyuman diwajahnya tiba-tiba hilang.Dia justru menatap ku tajam sekarang.Terlebih lagi pertanyaannya membuatku bingung,hentikan semua ini? Hentikan apa?

            “M-maksudmu?”

            “Ayo selesaikan persahabatan kita,lupakan semua yang pernah terjadi dulu maupun sekarang,itu hanya menambah bebanku”  Dengan santainya ia mengatakan itu didepan orang yang selama ini mengharapkan kedatangannya.

            Aku melebarkan mataku,mulutuku setengah terbuka.

            “HAH!” Kukepalkan tanganku keras,Aku tersenyum histeris “Lupakan? Kaupikir itu bisa jadi semudah kau mengucapkannya,hah? Kau gatau yang kualami selama 4 tahun terakhir,aku melalui banyak masa sulit tanpamu,kau tak kunjung datang,selama 4 tahun…” Aku memejamkan mataku dan berteriak “Inikah yang kudapatkan setelah menunggu orang kurang ajar didepanku selama 4 tahun lamanya,kau bilang ini menambah beban,seburuk itukah penantianku hingga kau menganggapnya BEBAN,HAH! ini bukan dirimu! Ini bukan Kei yang kuharapkan!”

            “Itu hanya penantian biasa,kau saja yang melebih-lebihkannya.Oiya,Hasegawa Keita yang dulu,sudah musnah.Jadi jangan harap diriku yang dulu ada di depanmu,kuharap kau mengerti…”

            Kata-katanya makin membuatku kesal. “Kalau seperti ini jadinya,SELAMA INI KAU MENGANGGAPKU APA?”

            “Mantan sahabat”

            Aku menelan ludah tak percaya.

            “Sudah ya,malu kalau ada orang yang lewat,nanti aku dituduh menangisimu,” Ia berbalik badan lalu pergi begitu saja.

            Aku tak mau melihatnya,aku membencinya,aku gak akan pernah merindukan orang seperti itu.

            Hiks…bagaimana bisa aku mengerti?

            Untuk pertama kalinya dalam hidupku,aku merasa dipermainkan oleh laki-laki yang bahkan tak peduli seperti apa aku,bagaimana perasaanku.Kini aku justru lebih merasa kehilangan.Sekarang aku sendirian. Keita,bodoh!.

1 komentar:

Halo,terimakasih telah berkunjung